v

Friday, August 26, 2011

Behind the Prayer

In the ritual prayer itself the spiritual and intellectual element is represented by the recitation from the Quran and the emotional element by the feeling of fear and of hope which he is commanded to call upon God, but what might be called the existential element is acted out in physical movements which utilize the body as vehicle for spirit. In the first part of each unit of prayer the worshipper stands upright while he recites certain passages from the Quran, and this uprightness, this verticality, is an image of the "straight" (or "vertical") path upon which he asks God to lead him. The body has itself become a symbol of the ray which connects heaven and earth, the divine and the human.

But the Muslim prays not only on his own behalf and on behalf of his fellow men and women but also in the name of creation as a whole; this is an aspect of his function as the "vicegerent of God on earth". The standing is followed by a bowing in which the worshipper is instructed to keep the upper part of his body, from head to hips, parallel with the ground, and it is sometimes said that all the creatures which move upon four legs, their bodies horizontal, are represented by this posture. This bowing is followed by the prostration in which the worshipper places his forehead on the ground, his body folded up as though in the fetal position, and although this is primarily an acknowledgement of the power and glory of the Transcendent it is also, according to certain sages, a representation of the inanimate realm, the mineral order in particular. While bowing he had glorified God as the infinite, the all-embracing on the horizontal level. Now in the prostration he is, as it were, reduced to the dimensions of his own innermost "nucleus". In this way the worshipper's physical body has acted out the variety of relationship between Creator and creation.

- Gai Eaton, "Perfecting the Mirror", Parabola, 10:3 (August, 1985), pp. 47-48.

Wednesday, August 17, 2011

Mengenang 100 tahun Khutbah Damsyik (2)

Ustaz Nursi memulakan khutbahnya dengan membaca petikan ayat Al-Quran: 

لَا تَقْنَطُوا مِن رَّ‌حْمَةِ اللَّـهِ  

yang bermaksud janganlah kamu berputus asa dari rahmat ALlah (39:53) dan sepotong hadith RasuluLlah S.A.W yang mahsyur;

إنما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
“Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.


Berdasarkan dua dalil naqli ini, Ustaz Nursi mengemukakan enam Kalimah yang menjadi teras Khutbah Damsyik ini. Kalimah-kalimah itu ialah:

1. Harapan
2. Kerosakan akibat putus asa
3. Kejujuran
4. Kasih sayang dan persaudaraan
5. Kerjasama antara orang Arab dan Turki
6. Musyawarah


Ulama' besar Syria, Shaykh Ramadhan al-Bouti sedang menyampaikan ilmunya di tempat yang pernah menyaksikan Ustaz Nursi menyampaikan pesan-pesan berharga untuk generasi akan datang 100 tahun yang lalu.

Tuesday, August 16, 2011

Mengenang 100 tahun Khutbah Damsyik (1)

Masjid Umayyah, Damsyik (Kredit untuk Ihsan Abdul Razak)

Tahun ini, genap 100 tahun Badiuzzaman Said Nursi menyampaikan Khutbah Damsyiknya yang terkenal itu. Bertempat di Masjid Umayyah yang bersejarah, disaksikan 10 000 masyarakat Damsyik dan 100 orang ulama' tempatan, Ustaz Nursi mengungkapkan pesan-pesan keagamaan yang wajar direnungkan kembali oleh ummah masa kini. Tulisan ini merupakan terjemahan bebas intipati Khutbah Damsyik yang diambil daripada biografi Ustaz Said Nursi tulisan Sukran Vahide.

Wajar untuk diperhatikan, sebuah teks harus difahami tanpa memisahkan konteks yang melatarinya. Tahun 1911, saat Ustaz Nursi melakukan perjalanan musim sejuknya ke Tanah Arab, Khalifah Ustmaniyyah yang menjadi payung menaungi ummah ketika itu semakin melemah digasak cabaran yang datang daripada dalam dan luar. Mengambil iktibar kelemahan dan kemunduran ummah berhadapan dengan Barat yang datang menyerang dalam pelbagai bentuk, Ustaz Nursi memberikan ubat dan penawar kepada ummah yang diambilnya dari 'Farmasi Al-Quran'. Ustaz Nursi telah mendiagnos enam penyakit kronik yang menjadi punca kepada kelemahan dan kelesuan ummah ketika menangani cabaran-cabaran yang dilancarkan oleh Barat. Enam penyakit tersebut ialah:

(1) meningkatnya rasa kekecewaan dan rasa putus asa dalam kehidupan.
(2) matinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik.
(3) kecintaan kepada permusuhan
(4) tidak mengetahui bahawa orang beriman itu disatukan dengan 'ikatan yang bercahaya'
(5) despotisme (pemerintahan kuku besi)
(6) mementingkan kepentingan peribadi semata

Thursday, August 11, 2011

Prastati diri

Rasa kelakar bila membaca kembali catatan-catatan lama dalam blog yang tidak seberapa ini.

Dari awal tahun 2008 sehingga kini, blog ini ibarat batu bersurat yang merakam peristiwa-peritiwa yang aku alami.

Sememangnya, tujuan utama aku menukilkan sesuatu di sini bukanlah kepada orang lain tetapi kepada diri sendiri.

Apa yang aku rasa, apa yang aku fikir dan semua tulisan selama empat tahun ini akhirnya menjadi alat bantu dalam perjalanan Gnothi Seauton/Kenal Diriku ini.

Monday, August 8, 2011

Ulangkaji tashil



Rasanya, sejak dari DQ sudah baca betul ayat 44 Surah Fussilat ini, tapi bila masuk UIA diper'betul'kan pula oleh Ustaz yang mengajar mengaji. Hmmm...

Koran by Heart, akhirnya...

Koran by Heart from MuslimCommunityTV on Vimeo.

Sunday, August 7, 2011

Koran by Heart


Quranic recitation might seem an unlikely subject to capture the hearts of an American audience but a documentary following three 10-year-old children as they compete in a Cairo competition has managed to do just that.


Quran By Heart premiered on the HBO channel in the United States on the first day of Ramadan last week amid critical acclaim and after receiving standing ovations at last year's Tribeca Film Festival.


Greg Barker, an American-British former war correspondent and the film's director, chose Cairo's annual contest, the oldest in the world, to tell a wider story about the role of Islam in the everyday lives of Muslims around the world.


"I'm really interested in what I saw as the internal discussion of Islam and the role of faith in the Muslim world about whether to embrace fundamentalism or to take a more modern approach," said Mr Barker in a telephone interview with The National from his home in California.


"I was looking to make a film that spoke to that without being too intellectual or remote. The Quran competition was a way of looking at the next generation of Muslims around the world," he said.


Filmed during last year's Cairo contest of the 110 best young students of Quranic memorisation from more than 70 countries, the documentary follows three youngsters and their families in their non-Arabic-speaking countries.


Rifdha Rasheed, from the Maldives, is one of the few girls taking part and is accompanied to Cairo by her father, who wants her to pursue a religious education while her mother wants her to follow her desire to study science.


Djamil Djeng is from rural Senegal and is sent to Cairo unaccompanied by any family or chaperone but is cared for by the contest's organisers. His teacher in Senegal tells him he will represent all of Africa in the competition.


Nabiollah Saidoff is from Tajikistan where his school is shut down as part of a government crackdown on extremism. He cannot read or write in his native language and we see his father helping him apply to a new school so he can widen his education.


Nabiollah becomes a star of the Cairo competition, moving the judges to tears with his pure voice even though he is unschooled in the rules of Tajweed that dictate how the Quran should be properly recited.
- Iqraa International


P/s: Teringin menonton dokumentari ini.

Kebahagiaan Subuh

Sukar untuk diungkapkan rasa yang meliputi jiwa bila diri meredah keheningan fajar untuk bertemu dengan Sang Pencipta di rumahNya. Ketenangan yang datang bertamu dalam diri merupakan nikmat yang dikurniakan buat mereka yang menewaskan hawa nafsunya demi menunaikan amanah dan tanggungjawab yang satu ini. Moga hari-hari yang bakal mendatang, kita dikurniakan kekuatan untuk terus menunaikan solat subuh secara berjemaah!

Our Decline: Its Cause and Remedies


24 Julai 2008, tarikh aku membeli buku ini. Ketika itu, aku berada di tahun kedua pengajian. Tiga tahun berlalu, buku berhalaman 148 muka surat masih tidak habis kubaca. Harapnya, Ramadhan 1432 kali ini dapatlah kutamatkan tulisan Amir Shakib Arslan ini.

Saturday, August 6, 2011

Tuhan kami ialah ALlah

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَ‌بُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُ‌وا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinannya dengan berkata: "Tuhan kami ialah ALlah", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham): "Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berdukacita, dan terimalah berita gembira bahawa kamu akan beroleh syurga yang telah dijanjikan kepada kamu. (41:30)  
 

إنابة

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَ‌بِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُ‌ونَ

"Dan kembalilah kamu kepada Tuhan kamu dengan bertaubat, serta berserah bulat-bulat kepadaNya, sebelum kamu didatangi azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan. (39:54)
  

Membaca ayat ini mengingatkan tentang Pondok Inabah yang dikunjungi tiga tahun lepas. 

Friday, August 5, 2011

رمضان ١٤٣٢ه: فترة الإنتقال والتغيير

Ramadhan 1432 Hijrah.

1. Waktu transisi; daripada alam universiti ke alam bekerja.

2. Waktu perubahan(?); berubah daripada...


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَ‌فُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّ‌حْمَةِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يَغْفِرُ‌ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ‌ الرَّ‌حِيمُ

Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat ALlah, kerana sesungguhnya ALlah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. (39:53)

Jangan putus asa

وَلَا تَيْأَسُوا مِن رَّ‌وْحِ اللَّـهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِن رَّ‌وْحِ اللَّـهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُ‌ونَ
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan ALlah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat dan pertolongan ALlah itu melainkan kaum yang kafir". (12:87)
 
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَ‌فُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّ‌حْمَةِ اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يَغْفِرُ‌ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ‌ الرَّ‌حِيمُ
Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat ALlah, kerana sesungguhnya ALlah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." (39:53)