v

Tuesday, September 6, 2011

Gontor

Rasanya pertama kali 'berkenalan' dengan Martin Van Bruinessen bila membaca sebuah kertas kerja tulisan Ustaz Uthman el-Muhammady dalam sebuah buku terbitan Jabatan Mufti Negeri Sembilan. Van Bruinessen merupakan seorang sarjana Belanda yang mengkaji sejarah kaum muslimin terutamanya Bangsa Kurdi dan Islam di Indonesia.

Menjengah laman web peribadinya, kita boleh memuat turun beberapa kertas kerja dan artikel yang ditulisnya. Ada antara artikel itu ditulis bersama Farish Noor, sejarahwan dan penulis berasal dari Malaysia. Dalam banyak-banyak tulisan pengajar di Universiteit Utrecht ini, aku memilih untuk membaca sebuah artikel bertajuk Divergent paths from Gontor: Muslim educational reform and the travails of pluralism in Indonesia yang dimuatkan dalam Festschriff buat Karel Steenbrink, seorang lagi sarjana Belanda yang mengkaji Islam di Indonesia.

Pesantren Gontor menarik minatku setelah membaca sebuah novel tulisan Ahmad Fuadi bertajuk Negeri 5 Menara.  Novel yang penuh inspirasi ini diilhamkan daripada pengalaman penulis menjadi santri Gontor dan kini ceritanya sedang difilemkan setelah mendapat sambutan yang menggalakkan daripada khalayak pembaca. Ia mengangkat dan mengembalikan semula imej positif pesantren yang sedikit sebanyak telah tercalar dengan penayangan filem Perempuan Berkalung Serban beberapa tahun lepas.

Istimewanya Gontor sehingga diangkat menjadi tema dalam karya kreatif, ia turut dikaji oleh penyelidik seperti Van Bruinessen kerana peranannya melahirkan watak-watak yang melakar peta perkembangan Islam di Indonesia. Alumninya seperti Hasyim Muzadi dan Din Syamsuddin pernah memimpin dua pergerakan sosial Muslim terbesar di Indonesia dan juga dunia; Nadhatul Ulama' dan Muhammadiyah. Selain itu, dari Gontor juga datang figur seperti Nurcholish Madjid atau Cak Nur yang dikenal sebagai pemuka aliran Islam Liberal dan juga tokoh kontroversi, Abu Bakar Basyir.

The pesantren of Gontor and the IAIN of Ciputat, which correspond with two important stages in Karel Steenbrink’s academic career, have been of central importance to the reform of Islamic education and Islamic thought in Indonesia. 

Berdasarkan kesimpulan Van Bruinessen dalam artikelnya ini maka tidaklah menghairankan jika model pendidikan Pesantren Gontor menjadi ikutan dan panduan pesantren-pesantren lain dan menambat hati ibu bapa termasuk dari Malaysia untuk menghantar anak-anak mereka belajar di institusi pendidikan ini.

No comments: